Melakukan validasi adalah langkah awal dalam mengelola emosi. Dengan melakukan validasi emosi, seseorang dapat memahami dan menerima beragam emosi yang dirasakan apa adanya.
Menurut Verywell Mind, seseorang yang melakukan atau menerima validasi emosi akan lebih mampu mengelola emosi dan meredam perasaan yang terlalu menekan.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk melakukan validasi emosi adalah:
1. Menyadari dan mengenali emosi yang dirasakan
Sebelum memberikan validasi, seseorang harus mengetahui emosi apa yang harus diberikan validasi. Sadari apa “nama” dari sebuah emosi, misalnya sedih, marah, kecewa, senang, malu, dan sebagainya.
Tanya pada diri sendiri untuk mengenali emosi apa yang sebenarnya dirasakan.
Setelah mengetahui apakah emosi tersebut, mengelolanya akan lebih mudah dilakukan. Ibarat seseorang diminta mengatur benda dalam kotak, jika ia tidak membuka kotak dan mengetahui isinya, ia tidak akan dapat mengatur dengan baik.
Sama halnya dengan emosi, untuk memberikan validasi, sebuah emosi perlu dikenali terlebih dahulu.
2. Mencari tahu asal emosi tersebut
Tidak berhenti sampai mengetahui emosi apa yang dirasakan, temukan asalnya. Coba dengarkan diri sendiri dan mengurai benang kusut di dalam kepala. Dengan mengetahui asal emosi, seseorang bisa meyakinkan diri bahwa validasi benar-benar diperlukan.
Misalnya seseorang merasa emosional karena seorang teman melakukan copas pada pekerjaannya tanpa didahului dengan izin. Tindakan copas ini tidak etis dan menunjukkan bahwa teman tersebut tidak profesional.
Emosi marah datang dari kekecewaan terhadap tindakan teman. Seseorang tersebut berhak untuk marah atau tidak memberikan toleransi karena tindakan tersebut tidak dapat dibenarkan. Ini artinya emosi marah adalah hal yang valid untuk dirasakan.
3. Memberikan kata-kata validasi
Validasi emosi dapat dilakukan secara mandiri maupun datang dari orang lain.
Beberapa contoh ungkapan untuk validasi emosi misalnya “hal ini pasti berat bagimu”, “kamu pasti merasa kecewa karena hal tersebut”, atau “mungkin aku tidak bisa sepenuhnya merasakan hal yang sama, namun emosi yang kamu rasakan benar adanya”.
Sumber Thumbnail: Vecteezy