Hidrosefalus, Tangani Sebelum Terlambat!

Hidrosefalus merupakan salah satu masalah di bidang bedah saraf yang paling sering ditemukan. Jika tidak segera ditangani, hidrosefalus dapat menyebabkan kerusakan otak. Selain itu gangguan kesehatan lainnya pun akan turut menghampiri penderitanya.

Jumlah insiden hidrosefalus di Indonesia terjadi 10 permil, artinya ada 10 kasus hidrosefalus terjadi di setiap 1000 kelahiran. Dari jumlah tersebut, sebagian besar penderita adalah mereka yang berasal dari keluarga tidak mampu. Jadi tidak sedikit diantaranya yang terlambat mendapatkan penanganan.
 
 

Pengertian Hidrosefalus

 Hidrosefalus berasal dari bahasa Yunani yaitu, “hydro” yang berarti air dan “cephalus” yang berarti kepala. Maka dari itu kondisi ini sering dikenal dengan “kepala air”.

Hidrosefalus adalah kondisi dimana ukuran kepala bayi tumbuh secara tidak normal. Sedangkan pada orang dewasa, hidrosefalus dapat menyebabkan sakit kepala yang sangat hebat. Hal ini dikarenakan terjadinya penumpukan cairan pada rongga otak. 

 

Tanda-Tanda Gejala

Gejala Hidrosefalus Pada Orang Dewasa

  • Sakit kepala yang hebat. 
  • Mual. 
  • Gangguan penglihatan. 
  • Kejang. 
  • Mengalami masalah pada kandung kemih. 
  • Sering terjatuh. 
  • Sulit berkonsentrasi. 
  • Daya ingat berkurang. 
  • Sering jatuh tiba-tiba. 

 

Gejala Hidrosefalus Pada Janin

  • Adanya gejala meningitis selama kehamilan. 
  • Sang ibu sering merasa sesak nafas ketika bergerak. 
  • Adanya infeksi di dalam kandungan, misalnya virus rubella. 

 

Gejala Hidrosefalus Pada Bayi dan Anak-Anak

  • Mudah mengantuk. 
  • Muntah. 
  • Tidak mau menyusu. 
  • Rewel. 
  • Tumbung kembang terhambat. 
  • Kejang. 
  • Kurangnya respon terhadap sekitarnya
  • Kepala terlihat lebih besar. 

 

Penyebab Hidrosefalus

Kondisi ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, yang meliputi:

  • Aliran cairan otak yang tersumbat.
  • Produksi cairan otak yang lebih cepat dibanding penyerapannya.
  • Penyakit atau cedera pada otak, yang mempengaruhi penyerapan cairan otak.

 

Hidrosefalus bisa terjadi pada bayi ketika proses persalinan, atau beberapa saat setelah dilahirkan. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kondisi tersebut, seperti:

  • Perdarahan di dalam otak akibat kelahiran prematur.
  • Perkembangan otak dan tulang belakang yang tidak normal, sehingga menyumbat aliran cairan otak.
  • Infeksi selama masa kehamilan yang dapat memicu peradangan pada otak janin.  Contohnya rubella, cytomegalovirus (CMV), toxoplasma, dan sifilis.

 

Di samping itu, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko hidrosefalus pada semua usia, yaitu:

  • Tumor di otak dan saraf tulang belakang.
  • Perdarahan di otak akibat cedera kepala atau stroke.
  • Infeksi pada otak dan saraf tulang belakang, misalnya meningitis.
  • Cedera atau benturan pada kepala yang berdampak ke otak.

Jika kamu atau anakmu mengalami gejala-gejala di atas, segeralah periksakan ke dokter. Penanganan dini sangat penting untuk mencegah hal yang lebih buruk.